Alat Untuk Mengukur Curah Hujan dan Cara Kerjanya - Ruang Sipil

Breaking

Ruang Sipil

Memberikan Informasi Teknik Sipil

About Author

Selasa, 03 April 2018

Alat Untuk Mengukur Curah Hujan dan Cara Kerjanya

Presipitasi adalah uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi. Jumlah presipitasi dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). Presipitasi yang ada di bumi berbentuk:
  1. Hujan, merupakan bentuk yang paling dominan.
  2. Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau tumbuh-tumbuhan dan kondensasi dalam tanah. Sejumlah air yang mengembun di malam hari akan diuapkan di pagi harinya. Ini sangat penting bagi tanaman, tetapi tidak memegang peranan penting dalam siklus hidrologi, karena jumlahnya tidak besar, dan pengupannya di waktu subuh.
  3. Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika ada massa udara panas yang bergerak di atas lapisan es. Kondensasi dalam tanah pada umumnya terjadi beberapa beberapa centimeter saja di bawah permukaan tanah.
  4. Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan. Kabut beku atau rime merupakan presipitasi kabut beku. Kabut sangat penting bagi pertumbuhan hutan, menurut penelitian di Jerman dapat menaikkan hujan tahunan (30-40% di tengah hutan dan 100% di tepinya).
  5. Salju dan es. Besarnya angka presipitasi (yang berbentuk hujan) di tempat yang satu dengan yang lain tidak sama, artinya besar angka presipitasi berubah-ubah menurut lokasinya.
Dalam dunia teknik sipil sangat penting untuk mengetahui curah hujan dan menghitungnya agar proses pelaksanaan konstruksi tetap berjalan.
Berikut ini angka-angka presipitasi rata-rata tahunan (dalam mm/tahun) untuk beberapa tempat di bumi.
Ukuran butir hujan memiliki ukuran yang berjenis-jenis, nama dari butir hujan tergantung dari ukurannya. 
Pengamatan curah hujan dapat dilakukan dengan bantuan alat ukur hujan. Terdapat dua jenis alat ukur hujan:
  • Alat ukur biasa
  • Alat ukur otomatis
Alat Ukur Hujan Biasa
 
  1. Alat ukur hujan dipasang di tempat terbuka yang tidak dipengaruhi oleh pohon dan gedung.
  2. Bagian atas alat ukur hujan dipasang 20 cm lebih tinggi dari permukaan tanah yang sekelilingnya ditanami rumput.
  3. Ketelitian pembacaan adalah sampai 1/10 mm.
  4. Pembacaan harus dilakukan 1 kali sehari, biasanya jam 09.00 dan hasil pembacaan ini dicatat (yang dibaca sebagai hujan kemarin).
  5. Curah hujan kurang dari 0,1 mm harus dicatat 0,0 mm.
  6. Tidak ada hujan maka dicatat dengan membubuhkan garis (-).
  7. Kekurangan alat ukur hujan biasa:
  8. Pada hujan lebat kemungkinan air meluap, sehingga hasil pengukuran salah.
  9. Intensitas tidak bisa diperoleh dengan merata-ratakan jumlah hujan dalam 1 hari/24 jam.
  10. Sangat tergantung dengan kedisiplinan pengamat
Alat Ukur Hujan Otomatis (Automatic Rain Gauge)
Alat perekam kejadian yang mencatat sendiri kejadian hujan, tanggal dan jam serta dapat memeberikan peringatan apabila terjadi hujan melebihi kondisi normal. Alat ukur hujan otomatik digunakan untuk pengamatan yang kontinu. Terdapat dua jenis alat ukur hujan otomatik, yaitu tipe sifon dan tipe penampung bergerak (Tipping bucket).
A. Tipe Sifon 
 
  1. Air hujan ditampung di dalam sebuah silinder dimana terdapat sebuah pelampung yang dapat diangkat oleh air hujan yang masuk.
  2. Curah hujan dicatat pada suatu sistem pencatatan dengan sebuah pena pencatat yang digerakkan oleh penampung.
  3. Lebar kertas pencatat adalah sesuai dengan curah hujan 20 mm. Jika kertas pencatat mencapai batas atas 20 mm (berarti pelampung dalam silinder naik 20 mm), maka air hujan di dalam silinder akan terbuang melalui sifon pada silinder dan pena akan turun ke batas bawah, yakni titik 0 mm dari kertas pencatat karena pelampung turun.
B. Tipe Penampung Bergerak (Tipping Bucket)
 

  1. Penampung terdiri dari 2 bagian yang sama, yang dapat bergerak/berputar pada sumbu horizontal yang terpasang di tengah-tengah.
  2. Air hujan yang masuk ditampung oleh penampung yang satu. Jika air hujan di dalam penampung tersebut mencapai jumlah tertentu, maka penampung tersebut bergerak sehingga air hujan berikutnya ditampung oleh penampang yang lain. Jika hujan berlangsung terus, maka penampung-penampung tersebut akan berganti-ganti menampung air hujan yang masuk.
  3. Pena pencatat yang dapat ditempatkan jauh dari alat pencatat ini dapat digerakkan oleh listrik melalui kabel setiap kali terjadi perputaran penampung.
  4. Alat tipe ini sering digunakan karena cocok untuk pencatatan yang jauh.
  5. Alat tipe ini digunakan sebagai alat ukur hujan tanpa kabel atau alat ukur hujan untuk jangka waktu yang lama, yang sering digunakan untuk pengamatan hujan di daerah pengunungan.
Pengamatan Curah Hujan menggunakan Radar
 
Pengamatan curah hujan dengan radar dapat dimanfaatkan untuk penyelidikan keadaan secara global seluruh daerah pada saat itu yang dikombinasikan dengan pengamatan dari jaringan alat-alat ukur hujan.
Ilustrasi hasil pengamatan hujan menggunakan sistem radar.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda yang ingin mencoba menghitung curah huja, jangan lupa follow blog kami agar tidak ketinggalan informasi menarik lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar